Teori Belajar dan Penerapannya dalam Pembelajaran I
Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah aliran dalam teori belajar yang sangat menekankan pada perlunya tingkah laku (behavior) yang dapat diamati. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar ini berorientasi pada perilaku yang lebih baik.
Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Teori Belajar Behavioristik
Menurut Mukinan, prinsip teori belajar behavioristik adalah sebagai berikut:
Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka dikatakan sudah belajar. Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa perubahan perilaku tidak dianggap belajar menurut teori ini.
Hal yang paling penting pada teori ini adalah stimulus dan respon karena bisa diamati. Hal-hal selain stimulus dan respon tidak dianggap penting karena tidak bisa diamati.
Adanya penguatan (reinforcement), yaitu hal-hal yang bisa memperkuat respon. Penguatan bisa berupa penguatan positif dan negatif.
Penerapan Teori belajar Behavioristik dalam Pembelajaran
Teori belajar behavioristik ini adalah teori belajar yang umum digunakan di Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari beberapa contoh berikut:
Jika guru menjumpai adanya kesahalan, baik pada materi maupun pada peserta didik maka akan segera diperbaiki.
Guru lebih aktif memberikan latihan agar terbentuk kebiasaan yang diinginkan.
Guru memberikan evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
Guru harus mampu memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi positif dan negatif.
Guru menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap, mulai materi sederhana sampai kompleks.
Selama mengajar, guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi.